Sunday, March 2, 2014

Aturan-Mengatur-Diatur

Di era demokrasi lebay seperti sampai hari ini, orang-orang yang sukar diatur kian bertambah di negeri tercinta ini. Melanda juga di sekolah saya. Tak hanya siswa, orang dewasa ikutan menganut azas demokrasi lebay. Alias semau ane.
Disadari atau tidak, perkataan Loki dalam The Avengers ada benarnya. Manusia haus untuk diperintah. Di balik sikap keras kepala sebenarnya ada kebutuhan untuk diperhatikan agar lebih sering diperintah. Ini menurut saya, dari pengamatan saya selama menjalani hampir 2000 hari sebagai guru. Anak badung yang suka sok heroik dengan cara memukuli anak lain demi menyelesaikan masalah temannya bisa menangis sesunggukan ketika diberitahu bahwa dia akan disuruh pindah dari sekolah (true story).
Sayangnya saya kurang suka merhatiin orang. Ketika anak-anak mulai bertingkah, saya akan bilang terserah kalian. Dan ketika mereka mulai memohon sambil berdalih macam-macam seolah saya yang salah, malah tiada ampun. Saya semakin tidak peduli. Cari perhatian bisa dengan cara yang anggun dan pintar, tidak perlu jadi antagonis.
Karena di era demokrasi lebay begini, semua orang sibuk cari perhatian. Jadi kalau semuanya caper, siapa lagi yang merhatiin. Jadi mending pandangan lurus ke depan, kerja keras menuju tujuan hidup.
Ada guru yang saat jadwal mengawas mid semester dibagikan, mengirim pesan singkat kepada sekretaris panitia karena merasa keberatan. Bahasanya, yang lain hanya mengawas 8 kali, sedangkan dia 13 kali.
How come, dia bisa menghitung berapa kali orang lain mengawas. Wah, pasti waktunya banyak sekali. Siapa dia, tentulah orang itu juga, yang suka cari perhatian dengan cara ngambek, marah, murka.
Kalau biasanya diladenin dan dituruti untuk menghindari ribut. Kali ini, perintah Kepsek: Diamkan saja. We'll see on Monday pas mid dimulai.  Biasanya dia suka memboikot sendirian. Mudahan kali ini tidak. Sebagai tmbahan, mengawas mid bukan suatu perintah atau bersifat mengatur. Melainkan tupoksi. Tanggung jawab dengan hati nurani masing-masing.

Tuesday, December 31, 2013

Kaleidoskop2013

Infotainment reramean bikin rekap atau kaleidoskop 2013. Isinya mulai dari Eyang S sampai VP sampai Bella-Adjie. Bukan Bella Saphira dan Adjie Massaid tapinya. (May he rest in peace). Nah, saya juga dunk, sebagai tanda kalau saya guru yang selain punya jurnal ngajar juga punya jurnal peristiwa.
Januari diawali dengan hmmm, ah tidak ada peristiwa besar. Oh tapi 50% guru di sekolah saya ultah di bulan ini. Beberapa bahkan memiliki tanggal yang sama. Februari, mulai tryout. Soal 20 paket, seperti biasa yang bikin soal adalah guru-guru. Honor? Yah cukuplah untuk makan bakso 3x. Tapi karena sudah bagian tupoksi, susah komplen. Maret, tryout lagi. Hasilnya seperti biasa, tidak pernah menggembirakan. April mulai badai. Ujian nasional aja udah momok, ditambah dengan karut marutnya pelaksanaan. Cerita lengkap bisa dilihat di sini. Males mengingat lagi.
Mei, mulai ribet nunggu pengumuman. Juni, kenaikan kelas dan ribet urusan SNMPTN. Oya beberapa siswa saya diterima dari jalur undangan di PTN bagus, tapi malah ribet cari PT swasta. Grrr masih geram kalau ingat. Juli, mulai sosialisasi Kurikulum 2013 (K-13). Libur semester pun dipakai untuk diklat. Saat penerimaan siswa baru, diwajibkan menggunakan sistem K-13. Karena mendadak dan kurang persiapan, akhirnya kekacauan masih mengimbas sampai hari ini. Meski demikian, Juli dan Agustus banyak hari tidak efektif, karena libur puasa dan Lebaran.
Memasuki pertengahan mid, September, perihal wajib tidaknya sekolah kami mengikuti K-13 masih bias. Kabarnya Kaltim tidak diperkenankan menjalankan kurikulum gres ini karena ketidaksiapan sekolah dan guru. Karena belum ada giliran diklat implementasi K-13. Tapi, atas instruksi kepala dinas, komitmen, semua SMA/MAN/SMK wajib menjalani. Baiklah, berbekal pengetahuan seadanya, dijalankanlah si K-13 ini. Di sekolah, sesuai dengan program Sekolah Imbas dan Pengimbas, kami diklat intern tentang kurikulum 2013. The third time for me.
Oktober, setelah midtest, ada perubahan lagi soal peminatan dan lintas minat. Kalau diceritakan di sini nggak cukup, bisa jadi satu cerpen.
November was a busy month. Saya pribadi mengikuti tiga diklat sepanjang bulan sampai awal Desember. Juga ada diklat wajib Implementasi Kurikulum 2013 langsung dari PusKur. Baiklah, yang ini banyak gunanya dan ilmunya. Desember, bulan penuh diklat lagi. Dua diklat, yang terakhir malah agak aneh. Anyway, pembagian raport untuk kelas X yang menganut sistem K-13 akhirnya ditunda sampai selesai liburan. Karena, belum siap itu lah.
Menjelang akhir 2013 saya membaca sebuah opini di Kompasiana yang kembali membuat galau. Bahwasanya peringkat Indonesia dalam uji Math, Sains, dan bahasa semakin merosot, namun siswa di Indonesia juara dalam hal bersenang-senang di sekolah, merasa bahagia, dan dalam bersahabat. Sementara K-13 ditekankan agar anak-anak senang bersekolah dan belajar. Padahal sebelumnya sudah juara senang kok, kenapa disenangkan lagi. Gimana kalau sesekali gurunya yang dibuat senang. Retorik.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...