Tuesday, November 16, 2010

Alcatraz (1)

Ada seorang murid, bilang saja namanya Alcatraz. Dia tergila-gila dengan magic. When I said magic about him means sulap dan sejenisnya. Bukan magic yang sihir, guna-guna, dan jin. Apakah hipnotis termasuk magic? Off course not. Tapi dia juga suka itu. Sayangnya, belakangan kegemarannya akan sulap dan hipnotis membuatnya disangka suka berurusan dengan jin (termasuk memanggil dan mengusirnya).
Alcatraz adalah murid yang cerdas. Bisa dibilang dia maestro sains di sekolahnya sekarang. Anaknya juga kelewat eksentrik dibanding teman-teman dan adik kelasnya. Kegemarannya beragam dan dia selalu mencoba mendalami semua hal. sains, english debate/speech, politics, teater, musik, pramuka, sulap, dancing, hipnotis, dan terakhir kayaknya parkour. Tapi entah dia termasuk multitalented atau hanya mencoba-coba untuk bisa pamer. 
Dia sering menunjukkan trik sulapnya. Dia juga berkali-kali memposting fotonya sedang ber-parkour ria (kayaknya hal yang satu ini ga ada kelanjutannya). Ada lagi, dia selalu bilang ke aku (dan orang lain) kalau dia mengajarkan bahasa Inggris untuk anak SD. Dia juara satu olimpiade biologi tingkat kabupaten. Dia melatih teater di SMP almamaternya, diteruskan ke adik-adik tingkatnya di sekolah yang sekarang. Baiklah, mungkin dia multitalented dan suka mencoba hal baru. Mungkin dia bukan suka pamer, melainkan hanya suka dipuji karena kurang dihargai oleh orangtuanya. Anggapanku begitu.
Alcatraz adalah pengusir setan di kalangan teman-temannya. Kesurupan yang berulang kali terjadi, membuatnya beraksi seperti penangkap jin. Bener-bener menangkap dan memasukkannya ke dalam botol plastik air mineral. Let me tell you about that bottle. Itu adalah sebuah botol bekas air mineral yang tanpa label, peot seperti sucked, yang digunakannya sejak tahun lalu, saat peristiwa kesurupan terjadi besar-besaran di sekolah kita. Waktu itu, ada sekitar dua puluhan anak kesurupan dan ditaro di ruang guru. We (teachers) were only watching them, bengong, capek, bosan, karena terjadi seminggu penuh. Yuk mari! Alcatraz and one of his closest friend (dan punya minat yang sama) sibuk menangkap jin-jin (yang apparently punya nama!) ke dalam botol itu. Aku ingat, waktu itu dia tunjukkin botolnya and said to me, "Ada 12 di dalam sini, Bu." "Ok," kataku. Itu kejadian hampir setahun lalu.
Kemarin (15/11--my God, my anniversary) terulang lagi. Pas jam pelajaranku. And the bottle is still exist. Aku jengkel, karena ga selesai-selesai. Akhirnya aku suruh Alcatraz menyelesaikan semuanya. "No, I don't want too. Karena kita dah dapat larangan dari sekolah untuk berurusan dengan setan," kata Alcatraz diiyakan sobatnya. Aku bingung. "Ga ada yang ngelarang. Bahkan Bu BK bilang kalian harus nyelesaikan," gitu kataku. Si Alcatraz langsung bicara (seperti biasa, sangat cepat), katanya, "Mana, ibunya aja nggak ada minta maaf sama kita. Kita biarin aja begini terus..."  dan bla bla, beneran aku nggak ngerti.Aku kembali ke ruang guru, becoz seriously, there's nothing I can do. I can't see them.

__to be continued__




Monday, November 15, 2010

Kesurupan (again)

Masa-masa kesurupan sudah lama berlalu sebenarnya. Sudah tak ada yang perlu dipusingkan. Setidaknya itulah yang kupikirkan. Sampai hari ini. Tadi upacara Senin, udah panas memang. Setelah itu aku masuk di kelas 3. baru duduk, selesai berdoa, baru ngomong, "Hari ini kita masuk materi terakhir buat kalian... " eh langsung ada yang jatuh. Keras banget pula jatuhnya. (Untung doski gak langsung stroke). Ribut. Biasanya kan emang pingsan adalah opening ceremony-nya kesurupan. "Oke, mungkin dia belum sarapan," kataku. Anak-anak perempuan kusuruh bukain jilbab ma kancing atas bajunya. Sekitar 15 menit kemudian, dia mengejang. Dan selanjutnya, tahu sendiri, beraksi hebat. Anak-anak (yang berkompeten) sibuk megangin. Aku keluar, mau panggil bala bantuan (haiyah). Habisnya, pengen cepet klar dan melanjutkan pelajaran dengan kondusif, tanpa setan dan jin.
Pas turun tangga, langsung ketemu principal. Ngobrol bentar (principal ini dulunya emang mau ditaro di sekolahku, tapi karena beberapa alasan, gak jadi. Makanya, aku sempet kenal. Anak-anak yang sekarang kelas 3 juga dah kenal. He is their favorite. Mine too!), habis itu kutinggal, nyari bala bantuan itu tadi. Aku gak bilang ke beliau. Kasian, beliau kan lagi masuk ke kelas-kelas. 
Setelah ketemu dua bala bantuan, BK dan satu lagi, aku naik ke kelas, dengan dua guru itu. Si kesurupan diam. Jadi, kata ibu yang satu, sudah lanjutkan aja pelajaran, anggap aja ga terjadi apa-apa. Aku lanjutin aja. Eh, malah tereak lagi tu orang. Temen-temennya ngolok, "Ah, kamu akting!" Berbisik dia, "Tolong, tolong!" Karena makin keras, kuteriakin membentak gitu, "Heh!!!!" Sampai anak-anak lain kaget. Malah aku dibentak, "Apa kamu?" Sialan! Aku langsung balik badan, diketawain anak-anak. Habis itu, sampai aku pulang tadi, ada 4 orang yang tertular. Udah selesai, kambuh lagi. Guru-guru dah yakin, ada yang manggil setan-setan ini. Kalau enggak, ngapain dia datang dan ganggu-ganggu. Iya juga sih. Ada tertuduhnya. Si tertuduh sekarang marah-marah ke guru-guru. Termasuk aku. Kenapa? Karena... (bersambung)

Thursday, November 4, 2010

Ibu P

Ada seorang guru yang sudah sangat senior sekali dan saking seniornya sampai murid-muridku berpikir dia akan pensiun secepatnya. Don't hold your breath, kids! Ternyata beliau (di balik wajahnya yang terlihat lebih tua dari eyangku yang sudah hampir 80 tahun) belum tua secara umur. Masih 40 something. My goodness. Kecewalah anak-anak pas tahu kalau beliau baru akan pensiun belasan tahun lagi. Rasakan!!!
Well, what can I say about her? Hmm, a lot! Banyak sekali, sebanyak kata-katanya yang mengucur dari mulutnya yang nggak bisa diam. Pusing kalau ada dia (dan malangnya dia selalu ada--6 hari seminggu). Kita lagi kerja, dia ngajak ngomong. Kita lagi ngobrol, dia langsung nimbrung bahkan dari kejauhan, sambil tereak-tereak. Dan selalu bilang: "Kalau saya," "Kalau bapaknya," "Kalau anak-anak kelas..." Selalu nyamber.
Ada lagi. Beliau sudah lama merantau, tapi logat asalnya ga ilang-ilang. /n/ selalu jadi /ng/. Wah, kupikir-pikir ni orang kalau kuliah fonologi ga lulus-lulus kali ye. Sangat salah! Oleh sebab itu dari dulu dia selalu dijuluki Ibu /../ karena nasalnya itu. Walaupun sudah terbiasa, tapi kita masih sering ketawa dengernya.
Suatu hari dia tereak-tereak karena nyamber pembicaraan kita dan bilang, "Sudah saya telepong." Satu kolegaku yang suka usil bilang, "Telepon, Bu. Telepong itu tai sapi." Ibu itu diam aja.

Tuesday, November 2, 2010

Mencari Teman

Pada suatu hari, Pak Sahab mau pergi ke MGMP mata pelajarannya. Karena terlihat mondar-mandir sudah mengenakan jaket dan tasnya, mata saya sakit. Ni orang kenapa gak pergi-pergi juga? 
"Mau kemana, sih, Pak?" tanyaku. Baiklah, sejak Vina pergi, aku memang jadi kesepian dan "rela" berbasa-basi dengan siapa saja. Tapi Pak Sahab memang orang baik.
"Mau MGMP di kantor biasa, tapi masih entar."
"Dari tadi mondar-mandir, pusing saya. Pergi aja sudah sana."
"Hehehehhe, masih lama, Bu. Oh, saya mampir aja ke SMK ya. Kan ada teman satu di sana, Bu siapa itu?"
"Siapa?" 
"Bu Vina," kata seorang kolega.
"Ya," kata Pak Sahab. "Saya pergi, ya."
Langsung si Heather ngomong ke kolega yang menyebutkan nama Vina tadi. Katanya,"Ada, Pak, guru SMA 5 waktu itu nelpon dan sering SMS ke saya. Katanya, 'Bu, kenapa sih Bu Vina itu SMS-in suami saya terus? Saya sudah suruh suami saya berhenti, masih juga. Malah pakai bahasa Inggris. Kenapa sih dia itu, Bu?'"
Aku pura-pura ga denger. Tapi si Heather nggak sinis sih ngomongnya. Cuman bilang, "Wah, ga tau saya, Bu. Memang orangnya suka gitu kali."
Si kolega itu bilang, "Mungkin cari teman."
Ada satu guru baru nanya, "Bu Vina yang dulu di sini? Oh, begitu kah? Cari teman kok suami orang??"
Dalam hati aku penasaran, kenapa juga sampai istri si suami itu kalang kabut? Palingan juga alasan kerjaan. Kalau bapak-bapak mah seneng-seneng aja digenitin. Memang cara si Vina suka aneh sih. Sering terlalu berakrab-akrab ria dengan laki-laki. Padahal kayaknya kurang pantas. Atau orang sini yang kuno? Termasuk aku kah?














Tuesday, September 14, 2010

All 'bout the Money

Duitnya Vina tergulung entah "mengalir" kemana

Besok dah masuk sekolah lagi, setelah libur puasa dan Lebaran. Males... nggak ada yg dinantikan di situ. Selama liburan kemarin, aku bertapa di my 2nd hometown (masih menganggap yg sekarang adalah the 3rd hometown--kalau bisa malah 4th, 5th, and so on). Pada suatu pagi, aku baca SMS dari Vina (setelah ponsel tak tersentuh sejak sore hari sebelumnya). Isinya kurang lebih: 'Kemarin ada tandatangani "itu" gak (anggap saja "itu" adalah uang tambahan mengajar--dari pusat atw provinsi, ga tau deh). Aku minta konfirmasinya lagi kalau memang ada tandatangani, soale ada masalah sedikit. Kemarin aku telpon kok ga diangkat??' (wah, ini saya banget!) Jadi, karena menurutku ini menyangkut "duit", jadilah aku telepon dia.
Begini ceritanya: Si Vina ga dapat "itu". Namanya ga tertera sama sekali di daftar penerima "itu". "Itu" ini kan sebenarnya pengajuan ya, dari sekolah masing-masing. Jadi, ada berapa guru di sekolah itu (berdasarkan SK maupun No-Din), itulah yang diajukan untuk dapat duit sekian ratus ribu (jumlahnya sih ga seberapa, tapi kalau nama kita ga ada di daftar 'kan sama aja ngomong: Loe kan dah meninggal dunia!) Ternyata nama dia nggak ada. Padahal sebenernya dia masih harus masuk di daftar di sekolahku, karena status dia masih dalam perintah No-Din, bukan SK Mutasi. Okelah, dia sibuk urus ke bendahara sekolah aku, bendaharanya hectic juga kayaknya, dia kira daftarnya dah masuk ke sekolah baru. Singkat kate, dia bawa persoalan ini ke Kantor Besar. Tapi, nggak tau deh, masalah ini bakal jadi usutan atau sekadar dilupakan dan dianggap kentut. Karena, seharusnya yang bertanggung jawab si Pr. Karena doski lah yang menyetujui daftar itu. Aku jelas lupa, apa aku tanda tanganin atw ga, atw mungkin itu tanda tangan daftar yg lain??? Terlalu banyak daftar tunjangan tambahan, padahal uangnya mung sak mono thok! Dipotong pajak semua pula. Waaa, yg kaya makin kaya, yang guru gak kaya-kaya (kok jadi curhat?) Intinya, dari sekian ribu guru di kota kecil nan "damai" ini, si Vina satu-satunya orang yang ga dapat "itu" hahahahaha, kasian tapi lucu.*ketawasarkas

Wednesday, July 14, 2010

new day

Tahun ajaran baru, bikin males datang ke sekolah. Dua teman sudah disingkirkan ke sekolah lain. Yak, yang janda 2 orang itu. Sukses besar menyingkirkan janda. Rapat pembagian tugas pas bener 12 Juli kemarin, ngantuk bener bis nonton final WC.
Jadi ya, pertama principal bilang ada dua guru yg mutasi, disebut namanya, Vina ma Ibu Suri. Eh, bahkan barang-barang Ibu Suri dah habis. Barangnya Vina aja masih numpuk di mejanya. Hiks, sedih aku. Gak ada lagi temen deket di situ. Hmmm, baru nyadar juga, cerita di sini bisa jadi berkurang. Tapi mungkin bisa nunggu intrik berikutnya. Siapa ya? Rasanya setahun ini bakal normal-normal aja kyknya. Kan udah ada kelas 3, pasti pada fokus urusin anak-anak itu.
Si Bu Ani (kurikulum) jadi baik hati ke semua orang sekarang. karena musuhnya dah pada cabut. Oiya, dia pernah ditanya ma Pak Sahab, kenapa sih Ibu begitu memusuhi mereka? jawabnya: saya ini mewakili para wanita yang disakiti hatinya. Bu Suri yang cerita ke aku. Aku langsung bilang ke Bu Suri, yang diwakili tu siapa? Dia mewakili dirinya sendiri jangan-jangan. Lagian apa urusannya? Toh mereka berdua ini ga berbuat hal yang menyakiti Bu Ani. Heran deh. 
Yang jelas, dia jadi baik kemarin. Semua guru "diupayakannya" mendapat tugas yang sama, jadinya jumlah beban jamnya sama. Jadi semua diusahakan dapat "tunjangan lebih" yang sama. Yuuk mari! Kabarnya nih, ada guru sesama mapel dia yang dipindah ke sekolah kita. Dia mencak-mencak sama kabid. Katanya jamnya sudah pas. Padahal yang dipindah ke situ adalah keluarga dari bos besar. Bukan principal lho, tapi bos besar sekali, pemimpin aslinya sini hhohohohoho. Semua orang juga tau, kalau sudah keluarganya, maka tidak ada yang bisa melawannya. Kita lihat aja, apakah dia akan yang digeser??? Apakah karmanya berlaku tidak lama lagi???

Monday, June 14, 2010

Akhir Cuti Heather


Si Heather sudah 2 minggu ini kembali dari cutinya. Yang melegakan dan menyenangkan, aku ga harus berlama-lama melihatnya atau duduk seruangan dengannya. Karena yepp, dia meletakkan dirinya di ruang lain. Bukan di ruang guru, melainkan di ruang TU. Yippee!! Alasannya: ga jelas! Akhirnya jadi mudah untukku menganggapnya tidak ada.
Entah apa yang salah dengan orang ini. Yang jelas, waktu Pak Sahab marah-marahin anak-ana TU itu, terbongkar kalau si Heather sering mencari info tentang siapa saja yang "membicarakan" dirinya. Idih, dia kate dia artis gitu? Mengingat dan memabayangkan mukanya aja males, lha, kok pake ngomongin lagi??? Buang-buang waktu aja.
Ahirnya kita berkesimpulan: Oooohhh, orang ini ternyata merasa tidak aman. Selalu berpikir: apa yang mereka bincangkan tentang saya hari ini? atau: pasti mereka ngomongin saya yang jelek-jelek. Hello, sister, know your audience please! Dia ga tau, kolega-koleganya ga pernah ada yang berpikiran negatif. Yang suka bernegatif ria ya cuma dia dan sekutu-sekutunya di TU itu! Kalau begitu dia sadar dunk, kalau dirinya buruk dan memuakkan. Kok bisa-bisanya selalu ketakutan diomongin yang buruk-buruk. Atau karena dia selalu mengatakan yang buruk tentang orang, makanya dia selalu berpikir orang selalu mengata-ngatai dirinya secara negatif.
Maka sebagai "ketua genk", saya mengambil sikap dan kebetulan teman-teman setuju kalau: orang ini memang bukan orang yang normal seperti kita-kita. Maka, pahamilah beliau apa adanya. Mari tidak usah membahas tentang dirinya. Anggap dia sudah tidak ada di sini! Masalah selesai! Toh dia juga sudah pindah ke ruang TU. Bergaul dengan orang-orang yang banyak menyimpan kebencian, sama seperti dia!




Thursday, May 27, 2010

SMS "Berdarah" Pertama

SMS "berdarah" yang dikirim Heather beberapa hari lalu memang SMS bernada kejam, kasar, tidak mencerminkan jiwa pendidik, dan tidak mendasar TAHAP DUA. Sebelumnya, sudah pernah mengirimi SMS yang lebih mengerikan. Saat itu yang dia bahas adalah Vina.
Jadi begini, waktu itu di ruang guru cuman ada aku, Vina, dan Heather. Aku dan Vina membahas tentang orang-orang sini yang hampir semua aneh, ajaib, senang menjatuhkan orang lain, senang berintrik-ria, dan tukang iri. Aku waktu itu juga komentar tentang orang-orang seperti Big Mamma dan si TU yang secara terbuka memusuhi dan mengata-ngatai Vina. Alasannya kan aneh, cuman karena mereka mendengar di luar kalau si Vina itu "bermain" di luar.
Nah, kalimatku waktu itu kurang lebih begini: "Itulah, seandainya pun bener orang itu bertingkah macam-macam di luaran, itu kan urusan orang itu sendiri. Ngapain yang ga ada hubungannya dengan orang itu marah, mencampuri urusan, apalagi sampe memusuhi. Apa urusannya? Macam orang ga berpendidikan."
Setelah itu Vina masuk kelas, aku pulang. Sampai di rumah, aku baca SMS masuk, dari si Heather. SMS nya jelas kuhapus, soalnya yah, taulah secara feng shui ga bagus nyimpen SMS gituan. Bikin sakit hati pula. Isinya tajam, jelas, frontal, dan tidak bertele-tele. 
Isinya: "Saya ga tau apa tadi situ memang berniat menyindir saya atau tidak, yang jelas saya tersinggung sekali dengan kalimat situ. Saya ada masalah dengan Vina, saya tidak suka dengan dia itu urusan saya, ga ada hubungannya dengan situ. Jadi tolong jangan usik-usik saya. Saya orang yang berpendidikan dan beragama, dan semoga situ juga begitu sehingga tau apa yang seharusnya situ lakukan."
Hmmm, tapi rasanya waktu itu isinya lebih kasar deh. Aku aja yang ga bisa menirukan kekasarannya. Saking baik dan halusnya diriku :D. Aku balasnya waktu itu saking shocknya, jadi terlalu halus dan meminta maaf segala. Sialan! Aku bilang maaf kalau situ tersinggung, saya ga tau apa-apa tentang situ dan Vina (meneketehe!). 
Balasannya, dia juga minta maaf dan bilang masih mau dan suka berteman denganku. Trus dia bilang alasannya ga suka dengan Vina, yaitu karena "sepak terjangnya di luar sana". Satu hal yang kusesali waktu itu, aku ga bisa bela Vina. Aku merasa seperti pecundang. Kenapa aku ga at least bilang: "Hati-hati, Bu jangan termakan gosip ga jelas. Lama-lama kita jadi berdosa karena fitnah." Kenapa aku ga bisa bilang begitu waktu itu? Cuman, berhari-hari kupikirkan itu, aku menghibur diri, ok someday, I'll have chance to say it. Someday.

Wednesday, May 26, 2010

Serangan SMS "Berdarah"

Suatu malam aku mendapat pesan singkat dari si Heather (nama alias tentu saja). Isinya membuat dada panas, kepala berdenyut, jantung berdebar tak karuan. Rasanya waktu itu pengen nabok! Isinya kurang lebih: "Kalau situ benci sama saya, jangan begitu caranya. Saya baru "pergi" sebentar, sudah beredar cerita yg enggak-enggak tentang saya. Kalau mau ngajak kelahi, silakan situ dengan genk-nya hadapi saya."
Kebayang ga sih, lagi damai-damainya nonton Monday Nights Laugh di SW, tiba-tiba baca begituan.
Anehnya lagi, si Heather ini sorenya baru aja telpon aku ngabari tentang berkas 100% aku yang ditagih orang Disdik. Aneh bin ajaib. Kubalas begini: "Kenapa sih situ suka menuduh. Saya ga pernah bahas-bahas tentang situ di manapun (plis deh, ga penting banget!-Red). Saya ga percaya, ini balasan situ setelah apa yang saya sudah lakuin ke situ! Kalau begini terus, ya, mending kita jauhan aja, daripada saya ga enak ati mulu deket-deket situ." Oke, kalimat terakhir memang terdengar seperti orang pacaran.
Ga lama dia telpon aku, trus menceritakan masalah yang sebenarnya. Katanya dia dengar ada guru yang dia belum kenal, berusaha untuk nantangin dia. Si guru ini marah-marah di ruang Kepsek. Ah, berita cepet menyebar, diputarbalikkan pula!
Aku bilang, itu cuma bahas tentang rokok. Si guru ini (anggap namanya Pak Sahab) nanya, apakah si Heather orangnya keras? Soalnya dia pernah dapat info kalau bapak-bapak di sekolah sakit hati karena pernah ditegur untuk ga merokok. That's it. Rupanya ada yang menyampaikan ke Heather kalau aku dan Bu Suri mengompor-ngompori Pak Sahab untuk memusuhi dan menantang Heather berkelahi.
Unbelievable, aku yang kecil, imut, inocent, dan tak berdaya ini dibilang punya genk. Masalah genk ini jadi bahan tertawaan di sekolah sekarang. Aku jadi ketua genk hehehehhe. Bu Suri juga dapat sms yang lebih kejam, dibilang mulutnya busuk. Dan sekali lagi, si Vina dibawa-bawa. Well, si Heather ini memang benci janda. Untuk alasan yang nanti akan aku ceritakan lagi.
Oya, kisah yang diputarbalikkan ini didapatnya dari si mulut berbisa, sekutunya yang berasal dari TU. Genk pembenci Vina. Sehari setelahnya, si TU dimarah-marahin ma Pak Sahab. Rasakan!
Sekarang Heather memang masih cuti dan akan masuk minggu depan. Aku ga mau terlalu banyak berurusan dengan doski. Ngomong yang penting-penting aja. Oya, SMS "berdarah" itu adalah SMS kedua yang dia kirim ke aku. Sebelumnya udah pernah terjadi juga.

Friday, March 26, 2010

Teori Janda

Aku pernah membuat teori bahwa di Indonesia, seorang janda (baik yang divorced maupun widow asli) adalah penyakit menular atau kutu. Semua orang sepakat bahwa janda, layaknya penyakit menular berbahaya harus dijauhi. Banyak yang menyanggah, widow (janda karena ditinggal meninggal) lebih terhormat dan tidak boleh dijauhi, tetapi harus diselamatkan. Well, tidak juga. Ini berlaku untuk semua janda. Hanya terjadi di Indonesia.
Teorinya begini, janda itu dianggap sebagai penggoda laki-laki, bisa merusak rumah tangga orang lain, bisa menjadi benalu, bisa menjadi pengemis, dan hal negatif lainnya. Jadi, seolah terdapat ketakutan tak beralasan yang muncul di benak ibu-ibu atau istri-istri akan janda. Apalagi yang cantik. Akhirnya, kata "janda" menyandang konotasi yang negatif.
Begitu pula di sini. Baiklah, aku sudah membuktikan teori itu dalam kasus Vina. Vina yang divorced. Vina yang bersama dengan janda lainnya di kabupaten ini sering dituding sebagai perempuan simpanan atau perempuan bayaran. Orang akan selalu meneropong kehidupan Vina dibanding kehidupanku misalnya.
Sekarang giliran Bu Suri. Kasus ini masih hangat, masih baru. Jadi tampaknya belum tersebar di seluruh kabupaten ini. Hanya gentayangan di sekolah dan Dinas. Sekarang tampaknya Dinas (khususnya Pendidikan Menengah) menjadi sukarelawan mengurusi kehidupan pribadi orang lain. Alasannya guru harus bercitra baik dan benar. Mungkin beberapa bulan lagi mereka akan membuka layanan jasa konseling bagi guru. Well, that's the hope. *cynical.
Rumor has it, ada istri melapor ke Dikmen bahwa suaminya telah berselingkuh dengan Bu Suri. Istrinya cerita nangis-nangis dan minta agar suaminya dipisahkan dari Bu Suri. Jadi, Bu Suri telah diintimidasi oleh perpanjangantangan Kepsek untuk memutuskan, apakah dia mau pindah dari sekolah atau mau putus hubungan.
Jujur, aku nggak terlalu tahu hubungan seperti apa yang dimaksud. Dari Bu Suri, katanya sudah berakhir berbulan-bulan lalu. Dari dinas, katanya masih ada dan baru-baru ini laporannya. Entah mana yang benar. Seperti biasa aku lebih suka mendengar lalu menuliskannya.
Aku tadi diberitahu oleh salah satu kolega tentang cerita ini, tentang bagaimana cerita itu bisa sampai ke dia. Jujur aku tidak berhak menilai. Aku memang hanya diingatkan agar seandainya Bu Suri curhat, aku bisa menasihatinya untuk tidak meneruskan hubungan itu. Ya, aku memang akan berbuat itu IF ONLY she asks for my opinion.
Aku tidak mau dan tidak boleh menghakimi Bu Suri, karena aku tidak berada pada kondisi yang sama dengan dia. Aku juga tidak mau mengurusi urusannya, sampai sejauh mana hubungan itu. Aku juga tidak mau menasihati jika tidak diminta. Aku cuma akan memberikan pendapat jika ditanya. Jika tidak ditanya, lebih baik diam saja. Yang jelas, aku tidak punya pandangan buruk tentang Bu Suri. Karena, aku bisa saja lebih buruk dari dia, hanya orang lain tidak pernah tahu.

Friday, March 19, 2010



Biasanya aku senang kalau ada murid yang aktif, antusias belajar, sopan dan hormat dengan guru, serta pandai menarik perhatian guru. Tapi, kalau terlalu berlebihan, siapa yang suka? Semua orang juga setuju kalau sesuatu yang berlebihan akan menjadi sangat memuakkan, menjemukan, mengerikan, bahkan dapat menghancurkan.
Di X-1 ada murid perempuan yang cantik, manis, mungil, pintar, dan sopan dengan guru. Oya, dia juga aktif, rajin, dan pandai mengatur kelas. Baiklah, I really love her. Kenapa? Karena pernah suatu saat dia absen pada pelajaran kimia karena menjadi salah satu wakil dari sekolah dalam entah acara apa. Lupa! Besoknya dia mendatangi aku dan minta penjelasan singkat tentang materi kemarin.
I was amazed! Bayangkan, ternyata ada juga murid SMAN 8 yang mau melakukan hal terpuji semacam itu. Pernah juga dia absen saat praktikum, lagi-lagi karena dikirim. Dia langsung meminta tugas. Hebat! Mana ada murid SMAN 8 yang berinisiatif meminta tugas. Harus dikejar-kejar dahulu,lalu ditagih sampai kita lupa. I really love this girl!
Sampai suatu saat... lama kelamaan aku sadar kalau dia agak kurang disukai kawannya. Ini menurut pengamatanku. Mudah-mudahan aku salah. Jadi, kemarin waktu X-1 belajar dengan molymod (senyawa karbon), aku meminta mereka merangkai senyawa apa saja dari molymod yang sudah aku bagikan. Mereka bekerja dalam kelompok. Aku minta mereka menunjukkan kepada teman, molymod yang mereka rangkai. Lalu, mereka harus menuliskan rumus strukturnya di whiteboard.
Tibalah giliran kelompok anak ini, dia lah yang maju, seperti biasanya. Dia menerangkan dengan baik sekali. Menjelaskan sampai detil. Kuperhatikan ekspresi kawannya sekelas seolah bosan, berkesah, banyak yang agak-agak buang muka juga. Ada yang tidur. Nggak sopan! Jadi, sepertinya mereka sudah sangat muak dengan sikap berlebihannya dia. Susah dijelaskan dalam kata-kata. Pokoknya, too show off!
Malamnya aku nonton Glee Season 1. Ada satu karakter di situ yang namanya Rachel (Lea Michele). Rachel memiliki suara yang range-nya jauh, jadi cocok untuk menyanyikan lagu apa saja. Kalau Glee Club konser atau mau ikut festival, Rachel selalu didaulat jadi vokalis utama. Dia pengatur, paling aktif, menjadi kesayangan William Schuester, pengelola Glee Club. Malangnya, teman-temannya agak membenci dia, meskipun tidak konfrontatif.
Yeah, karakter Rachel mengingatkan aku kepada muridku ini. Malangnya kau, Nak! I still love you though.

Wednesday, March 17, 2010

My Friend Vina (2)



Sebenarnya aku sudah malas membahas ini, tapi karena yakin ini menjadi telah bagian sejarah hidupku, maka kuputuskan untuk kubahas di sini. Kejadian ini sudah agak lama berlangsung sebenarnya. Sekitar 3 minggu lalu.
Waktu itu, aku mendekati Bu Suri, guru PAI. Dia yang sedang duduk di sofa di ruang kepala sekolah, aku datangi. Niatku waktu itu hanya untuk meminta rekomendasi dokter ObGyn. Setelah dia memberitahu, lalu dia melihat sekeliling dan berbicara lirih.
"Mbak, saya ada perlu dengan sampean, dari kemarin-kemarin sih."
Dia masih terlihat ragu-ragu untuk membicarakan itu, lalu mengawasi sekeliling. Aku mau nggak mau juga mengawasi sekeliling. Bu Suri seperti ingin membocorkan rahasia penting, tapi merasa nyawanya terancam, tetapi benar-benar ingin membocorkan rahasia itu. Aku menunggu.
"Kenapa," tanyaku, "Apa tentang nilai agama anak-anak IPA?"
"Bukan."
Dia merasa tidak nyaman, lalu membenamkan kepalanya dekat sekali dengan kepalaku. Aku merasa aneh.
"Itu lho, tentang Mbak Vina, saya sumpah, saya tidak enak sekali bertanya ini."
Aku dalam hati langsung berpikir: Oh, that! I've shouldve known where it goes.
Aku tersenyum basi. "Kenapa? bisa dipakai?"
"Iya, Mbak. Aku tidak enak sekali mendengar mereka bicara tentang Mbak Vina."
"Mereka bilang apa?"
"Yah, begitu Mbak, bisa dibawa, dipakai. Wah Mbak, sampean kalau dengar mereka bicara, rasanya sakiiiit sekali. Saya kok rasanya tidak percaya mendengar apa yang mereka bilang tentang Mbak Vina itu. Tapi mereka kok bicaranya begitu?"
"Jangan percaya, Bu. Itu memang gosip yang entah siapa yang menciptakan. Saya juga bingung bagaimana mungkin mereka bisa menyebarkan fitnah, lalu memusuhi Mbak Vina. Apa mereka tidak punya perasaan. Lagipula, kalau tidak punya perasaan, setidaknya punya logika. Masa berani menyebarkan sesuatu yang hanya mereka dengar dari mulut ke mulut."
Bu Suri akhirnya mengatakan sesuatu yang mengejutkan yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya.
"Kata mereka, ada teman mereka yang pernah bawa dan pakai Mbak Vina."
"Say what?"
"Iya, Mbak. Makanya saya bingung, antara susah percaya dan susah untuk tidak percaya."
"Saya pengen kenal, siapa laki-laki, teman mereka ini yang pernah bawa Mbak Vina."
Bu Suri hanya tersenyum dan menyisakan ekspresi antara tidak percaya, lega, sekaligus penuh pertanyaan. Lalu pembicaraan kami terputus begitu saja.

Monday, February 15, 2010

My Friend Vina (1)



Aku punya teman, teman sepermainan*. Juga teman sekerja. Sejak aku masuk untuk diwawancara di SMAN 8, aku sudah kenalan dengan dia. Well, singkatnya, sejak September 2008 aku menjadi dekat dengan dia. Sejak dekat itu pula, aku membongkar banyak hal tentang dia. Pelan-pelan memang, tapi jujur aku hampir ga pernah mengorek hal-hal pribadinya dengan bertanya memaksa. Aku cuma nunggu dia untuk membuka semua ceritanya perlahan-lahan.
Jadi ceritanya, temanku ini, si Vina, memutuskan untuk berpisah dengan suami karena persoalan berat yang menurutku, saking beratnya, dia memang lebih baik pisah. She deserves a happiness, bukan siksaan lahir batin. Akhirnya, saat proses perceraian, suami pergi karena tidak berani mengurus semua urusan pengadilan. Sampai sekarang mereka masih lose contact.
Vina bukan orang asli Penajam. Dia menjadi pegawai di sini sejak sekitar 4 tahun lalu. Karena pembawaannya yang menarik, menyenangkan, ditambah prestasinya yang cemerlang, dia menjadi banyak kenal dan dikenal orang. Selama ini orang melihat dia tidak bersuami, hanya beranak satu. Tidak banyak tentunya, cerita yang bisa dia bagi ke sembarang orang.
Saking menarik dan menyenangkannya, banyak laki-laki baik yang tulus sampai yang sudah beristri namun masih gatal, mencoba mendekati dia. Hampir semua dia tolak, apalagi yang sudah beristri. Penolakan itu yang akhirnya berbuah perbuatan yang sangat tidak menyenangkan.
Padahal, pembawaan Vina yang terlalu baik dan menyenangkan adalah sifat asli yang menurut dia akhirnya menjadi sebuah kekurangan. Vina merasa kebaikannya menjadi bumerang yang setiap saat bisa membuatnya tidak beruntung. Akhirnya dia dimusuhi laki-laki yang sakit hati karena ditolak. Sementara anehnya, para perempuan—kebanyakan ibu-ibu, ikutan memusuhi dia dan menyebarkan banyak fitnah yang isinya adalah Vina seorang perempuan yang bisa ”dipakai” atau dijadikan objek pemuas laki-laki gatal dan dibayar.
Selama ini aku bingung mendengar ibu-ibu di SMAN 8 yang tiba-tiba ikut membicarakan dia jalang/bitch/bispak/dll. Wah, jelas-jelas ini tidak ada buktinya. Di Penajam, Vina tinggal dengan orangtua dan seorang anak yang sudah agak besar. Logikanya, mana mungkin orangtuanya mengizinkan dia untuk jadi bispak. Lagipula, setiap hari dia tidur di rumah. Kalau pun weekend ke Balikpapan, selalu bersama anak dan adiknya.
Jujur aku bingung, kalaupun ibu-ibu itu mendapatkan info tentang ke-bispak-an Vina, kan belum ada bukti. Tapi, kok berani ikut-ikutan menyebarkan info itu. Apakah mereka nggak merasa malu dan berdosa kalau suatu saat mereka tahu bahwa semua itu nggak benar?
*Lagu "Teman Tapi Mesra" (Maia Estianty)

True friends are there with you when the world may not be on your side.

Friday, February 12, 2010

OSN Tingkat Sekolah



Hari ini SMA 8 mengadakan acara Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat sekolah. Bidang yang ditandingkan sama dengan OSN di luar-luar sana, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Kebumian, Astronomi, Ekonomi, Komputer. Semua siswa wajib memilih dari salah satu bidang yang mereka minati. Pembuatan soal diserahkan kepada guru-guru pembimbing OSN itu sendiri. Untuk Kimia, aku mengambil soal dari soal-soal OSN yang ada, baik soal dari tingkat kabupaten sampai nasional.
Aku sendiri tadi kebagian tugas mengawas di ruang Kebumian. Aku tekankan di awal, sebelum membagi soal, bahwa ini bukan ujian, tidak usah menjadi beban.
“Itu yang pertama,” tambahku, “Yang kedua, ini ajang kalian berkompetisi, jadi yang menang akan mendapatkan reward, so please kerjakan masing-masing. Pemenang bukan tim, melainkan individu.”
Setelah itu aku membagi soal dan mengawas sekadarnya, beda kan, dengan mengawas ujian. Aku iseng-iseng jalan ke ruang sebelah, ruang bidang Kimia, Astronomi, dan Fisika. Dicampur karena peserta tiga bidang ini sedikit sekali. Paling banyak Kebumian dan Biologi. Mungkin mereka memang menghindari hitungan, kan. Padahal, semua sama susahnya.
Yang lucu, peserta untuk bidang Komputer juga banyak. Jadi mereka pikir materinya sama dengan pelajaran TIK, padahal kalkulus dan bahasa program. Jadi rata-rata mereka sudah keluar setelah 30 menit soal dibagikan. Mereka pikir isinya internet, email, facebook! Plis deh, dasar norak. Untuk anak XI IPA, dah kubilangin, komputer itu isinya program-program, bukan office dan internet begitu-begitu. Sudahai!
Peserta Kimia misah-misuh. “Apa ini, Bu? Ini pelajaran kelas berapa?” keluh mereka. Aku, seperti biasa, nyengir saja. Anak bimbingan OSN wakil sekolah biasalah minta dibahas. Aku jadi pusing mikirin mereka, keliatan banget nggak siapnya. Aduuhhh! Harus bimbingan ekstra ini.
Well, I think esensi OSN tingkat sekolah, yang pertama adalah mencari bibit baru, yang bisa diikutkan dalam pembimbingan tim OSN dari sekolah. Kedua, memotovasi semangat belajar siswa termasuk semangat berkompetisi. Yang jelas, setiap orang pada dasarnya kepingin tampil dan unjuk gigi, apalagi bersaing untuk menjadi yang terhebat, agar ada yang bisa disombongkan. Selain itu, yang jelas, berbagi pengalaman kepada semua anak untuk mengetahui, bagaimana sih model soal-soal OSN. At least they have something to be shared to their families or friends. Atau untuk gaya-gayaan via status di facebook.

Wednesday, February 10, 2010

Gunjingan




Sebelumnya menekankan, kalau nama di sini bukan nama sebenarnya demi kepentingan aku (cari aman :P).
Sabtu dua minggu lalu, Bu Ani cerita kalau ternyata si karyawan baru itu, si Ali didatangi oleh seorang bapak (anggaplah Danang) yang marah-marah. Katanya, Pak Danang itu sudah 2 bulan mencari Ali yang ketahuan menganggu istrinya.
Kemarin, seorang TU, si Hana, cerita kalau awalnya si Ali tidak mengaku sewaktu ditanya oleh Kepsek. Waktu Pak Danang menantang Ali untuk membongkar semua di depan istri Ali, Ali baru mengaku. Tepat di rumahnya sendiri. Akhirnya Ali membuat surat pernyataan yang menjamin dia untuk tidak lagi mengganggu istri Pak Danang. Surat itu dipakai Pak Danang itu untuk memproses perceraiannya. Waaaa, cari kambing hitam ternyata. Padahal si Ali ini cuma SMS dan email-email aja, yah ceting juga lah. Kasihan sungguh.
Kasusnya dilupakan begitu saja. Nggak ada yang musuhin dia. Yah biasa aja, nggak nyebar-nyebar amat dan nggak jadi gunjingan yang sengaja dihembus-hembuskan ke muka dan kuping dia.
Berbeda dengan sobatku, si Vina. Hanya kena fitnah suka berganti laki-laki, jadi dimusuhin para guru perempuan dia. Nggak tahu kenapa. Jadi, beberapa guru yang memusuhi ini, kalau ada Vina langsung beraksi menyindir-nyindir dengan kalimat yang menurutku cuma bisa keluar dari otak para setan. Dibilang sering keliatan di hotel soalnya side job nya adalah perempuan panggilan. Waaaa, katanya pendidik, kalimatnya kok nggak terdidik.
Yah begitulah, bedanya Ali dan Vina. Ali tidak terlalu menarik diberitakan apalagi digunjingkan, sementara Vina, seperti selebriti lokal yang kehidupannya selalu menarik semua orang. Piss, Vin :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...