Friday, May 6, 2011

Monster Beraksi

 
Sudah jadi rahasia umum kalau anak-anak di SMA 8 menjuluki si Heather dengan sebutan monster. Dengan wajah mengerikan, badan besar, jalan seperti orang hendak pergi perang, ditambah kalau jengkel tak segan mendamprat di depan wajah dengan kata-kata kasar, rasanya julukan itu tidak terlalu berlebihan. 
Setelah sebelumnya sukses mendamprat seorang murid di depan teman-temannya dan memaki, "Anj**g!" dan tidak mendapat hukuman dari bos, si monster kembali beraksi. Kejadiannya sudah berlangsung agak lama, namun maaf penulis baru bisa menceritakan ulang di sini karena baru sembuh dari shock dan ketakutan tingkat tinggi. 
Waktu hari ketiga UN, Rabu 20 April 2011, kira-kira kejadiannya begini. Si Ibu P, yang rese bin ribut bin tua, sibuk buka-bukain snack box. Ngedumel sendiri, as usual, ga ada yang ngeh doski ngomong apaan. Intinya, menurut si monster/Heather, Ibu P bilang: "Kalau ada sisa kue jangan dibawa pulang, simpan aja di ruang kepala sekolah. Jangan dimakan, nanti salah lagi. Kemarin itu ada yang bawa pulang nasi kotak."
Heather yang merasa kalau sehari sebelumnya membawa pulang kotak nasi tersinggung. Menurut dia, memangnya kenapa, toh berlebih. Akhirnya Heather berasumsi kalau mungkin ketua panitia yang marah. Karena ketua panitia adalah musuhnya, maka dia makin tersinggung. Dia nanya ke salah satu anak TU, "Bu, memangnya ada yang marah kalau saya bawa nasi?"
"Nasi apa?" kata si TU. Jelas TU ga tahu menahu soal snack box dan meal box, karena bukan urusan dia. Oiya, yang ditunjuk jadi seksi konsumsi memang si Ibu P. 
"Katanya ada panitia yang marah kalau saya bawa pulang nasi yang kelebihan."
"Ga lah, kita kan ga ngurusin konsumsi, Bu."
Ga lama, Ibu P masuk ke ruang pengawas dan ngecek boks-boks makanan lagi, sambil tetap ngedumel. Naik daun lah ini si monster. Setelah suhu tubuh meningkat sampai cairan tubuh hampir berubah jadi steam (dramatisasi), pasang posisi dan gestur marah, berteriaklah dia membahana sampai radius 3 meter.
"Kamu tuh ya," (sambil nunjuk-nunjuk) "kalau ngomong jangan sembarangan. Jaga mulut kamu, dasar orang tua!"
"Saya..."
"Diam kamu! Jangan bicara!"
"Bukan...."
"Diam! Sekali lagi saya bilang ya, kamu tuh sudah tua, jaga mulut kamu. Siapa bilang kalau...."
Ibu P diam, nangis karena shock, malu, dan sedih, itu dugaanku. Tapi dia memang nangis.
"Ini uang!" (banting uang 20ribuan di atas meja, di depan Ibu P), "Buat ganti nasi kotak yang kemarin saya bawa!  Mulai sekarang ga usah bicara sama saya lagi!"
Aku ga lihat sendiri, cuma diceritain. Tapi ikut merinding. Bener kata anak-anak, she's a monster! Ibu P, betapa pun menyebalkan karena ga bisa berenti ngomong, tapi ga ada yang berani maki-maki apalagi nunjuk-nunjuk dan meng-kamu-kamu-kan. Orang tua. However kita masih hargai itu. Lagi pula, dia kan terbiasa ngomong ga jelas, ngapain juga dimasukkan ke hati.
Setelah dengar cerita itu, aku melamun dan bilang ke si pencerita, "Kayaknya aku ga berani banyak ngomong dan deket-deket si monster itu deh. Daripada salah ngomong dan dimaki-maki pake acara nunjuk lagi."

(gambar dari Monster Hunter 3, http://www.videogamesindonesia.com/plugins/p2_news/printarticle.php?p2_articleid=1272)

3 comments:

  1. gmn kalo die, si monster itu, ane santet aja bu =))
    jengkel jg ane sm die.
    btw, aku ksh km award. cek di blog ku ;)

    ReplyDelete
  2. silakan santet. eh jangan ding, nanti ada balesannya *tertawa iblis. tengkyu awardnyaaa

    ReplyDelete
  3. waaw....monster...males banget ngadapin orang kayak gitu...senyum aja...hahaaaa...

    salam :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...