Wednesday, June 1, 2011

Over My Dead Body!!

"Over my dead body". Kalimat ini kurang lebih padanannya dalam bahasa Indonesia adalah "Langkahi dahulu mayat saya!" Rasanya udah ga terlalu penting dilangkahi atau enggak, kalau seseorang sudah jadi mayat. Kecuali ada pernyataan konyol yang aku dengar waktu kecil: Mayat dilangkahi kucing (jadi) hidup. Bagus dunk, ga jadi meninggal. Orang tidur dilangkahi, katanya pamali. Padahal, mana tahu juga yang dilangkahi. Toh lagi tidur.
Rupanya langkah melangkahi ini agak tabu, bukan cuma untuk mayat atau orang tidur, tapi juga untuk orang yang masih hidup dan tidak tidur. Figurative speech. Melangkahi maksudnya adalah diabaikan, tidak dianggap, biasanya berkenaan dengan jabatan. Malangnya, kadang yang melangkahi tidak merasa. Sebaliknya, yang (merasa) dilangkahi kadang ya hanya perasaan dia sendiri. Padahal ga ada melangkah-dilangkahi. Ribet? Memang.
Jadi, singkatnya begini: tanggal 12 Mei kemarin D-day nya farewell kelas XII SMA 8. Panitianya tentulah orangtua murid. Panitia sekolah ada juga dunk, kayaknya sih Waka Kesiswaan. (Harap maklum, pas rapat, penulis sering tidak terlalu menyimak). Nah, Waka Kesiswaan berurusan dengan OSIS kan, OSIS yang dipercaya mengatur semua acara. Pas rapat dengan Principal, Principal menunjuk beberapa guru untuk diserahi tugas. Pak Anto (Mr. English) koordinator seksi acara, jadi dia yang membuat performance list dari semua penampil. Heather urusan penerima tamu, Bu Indun bagian launching website, ada yang konsumsi. Aku ya biasalah, dokumentasi dan fotografi *halah.
Ternyata, pas D-day si Wakasis nggak datang. Rumor has it, hari sebelumnya dia bilang ke anak-anak TU kalau pas D-day dia gak akan datang. Katanya sih, merasa dilangkahi. Nah lo, kita menebak-nebak, siapa yang melangkahi beliau. Merasa bingung, karena semua orang dah diserahi tanggung jawab masing-masing, akhirnya one of my good friend, si Pak Nuh bilang gini: "Dari yang saya amati, dia selalu merasa dilangkahi oleh siapa pun. Bahkan oleh Kepsek."
Kupikir-pikir, kuingat-ingat, hmmm bisa jadi. Dia sering ga cocok dengan banyak orang, susah diberi masukan, malah menolak kalau diserahi tugas. Jadi, ya common lah, semaunya sendiri. Waktu masalah kelulusan anak-anak, si Kepsek kan banyak mendelegasikan tugas ke Pak Nuh selaku wali kelas XII IPA dan WakaHum, cuman ya kayaknya gitu, merasa dilangkahi lagi. Waktu itu aja aku pernah bawa siswa studi luar sekolah ke Samarinda. Dia marah karena merasa gak diberitahu. Aku, mana kepikiran, wong dia jarang di sekolah. Lagian, should I tell him? I don't know. Ok, maybe I was wrong at that case, but still. Harusnya dia introspeksi, waktu itu sih dia emang Wakasis, tapi kok jarang di sekolah ya? Hmmm, ga mau ngurusin itulah.
picture from http://www.heraldsun.com.au/ipad/russian-roulette-in-garage/story-fn6bfmgc-1225979010380
Baiklah, sekolah itu suatu sistem ya, ada aturannya. Setiap jabatan/tugas punya deskripsi tugas masing-masing. Mungkin harus kenali deskripsi tugas masing-masing sebelum mengintip deskripsi tugas orang lain lalu mengomentarinya di belakang. Pakai merasa dilangkahi pula. Kalau aku sih ya, dilangkahi, misalnya tugasku dikerjain orang lain, waaah makasih banyak lah. Dengan senang hati lah, langkahi saja. Jadi ga repot :P
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...