Saturday, October 29, 2011

SK or Money?


Tidak ada kejadian aneh di sekolah kalau Heather tidak berulah. Yeah, hampir semua kejadian bersumber pada ulahnya. Kurang lebih seminggu lalu, Heather mengamuk lagi. Kali ini pada salah satu TU yang juga pembantu bendahara, yang mengerjakan semua laporan pertanggungjawaban keuangan. Jadi, untuk memaksimalkan kegiatan dan supaya uang operasional sekolah tidak dikembalikan ke suatu badan yang memeriksa keuangan (daripada ga jelas dikembaliin juga diembat atau enggak sama tu badan), biasanya digunakan sistem silang. Untuk mendanai kegiatan yang tidak boleh masuk di mata anggaran, sementara tu kegiatan perlu duit, akhirnya laporan dibuat lah kegiatan yang sebenarnya tidak terlalu perlu dana banyak. Tujuannya supaya semua pelaksanaan kegiatan bisa dilakukan. Boong ga sih? Ya terserahlah. Dosa nggak sih? Yah itu urusan Tuhan lah. Mana kita tahu yang dosa itu yang gimana. Yang jelas kalau maki-maki orang dan bikin orang lain terluka dan tersakiti hatinya, rasanya semua udah tahu, itu masuk kategori dosa.
Nah, si Heather ini menuding-nuding si pembuat laporan keuangan ini berdosa karena menerbitkan SK kegiatan abal-abal. Katanya. Padahal SK itu dibuat untuk menutupi honor guru UN yang memberikan bimbel tahun lalu. Secara, bimbel ini gretongan dikasih ke anak-anak. Enak ya. Volunteer getu kita. Jadi SK yang dibuat adalah SK kepanitiaan kegiatan tertentu yang memang dikarang-karang. Bendaharanya sih udah jelasin kalau untuk kepanitiaan itu ga ada uangnya, karena dah dipake untuk honor bimbel. Si Heather sih udah dapat juga. Nah, karena melihat namanya tidak tercantum di situ dia ngamuk, katanya tersinggung karena namanya ga masuk. Jadi dia maki-maki si pembuat laporan. Katanya pembuat laporan berdosa karena SKnya palsu (lha, padahal selama ini ya gtu). Si pembuat laporan bilang, itu SK cuma untuk kepentingan laporan, jadi dipasang nama-nama orang yang sering muncul di sekolah supaya gampang dimintai tanda tangan. Dan itu ga ada uangnya.
"Ini bukan masalah uangnya, ya. Karena saya tidak pernah mau mengemis uang." Habis itu dia terus ncerocos sambil tereak-tereak dan menyumpah-nyumpah bawa nama Tuhan dan bawa-bawa dosa. Si pembuat laporan ga dikasih ngomong. Yang denger (termasuk aku) ikutan jengkel dan berasa kayak ditikam. Kasar banget ngomongnya. Hiii, merinding roma.
Malamnya dia kirim SMS ke orang yang dimaki-makinya, bilang minta maaf. Hebat ya, habis maki-maki orang sampai nangis, langsung minta maaf via SMS. Serasa dunia hanya miliknya seorang. Akhirnya si pembuat laporan yang selama ini paling ngerti seluk beluk laporan pertanggungjawaban keuangan itu mengundurkan diri dari tugas pembuat laporan bendahara dan diserahkan kembali ke pemegang jabatan asli yang notabene kurang tahu apa-apa. Jadi, nama di SK sebagai bendahara tuh Bu Indun beserta pemegang uang. Padahal yang mengerjakan laporannya adalah Si Reny, TU yang masih honorer. Karena masih honorer, dia tidak bisa diberi jabatan itu.
Di dalam SMSnya, si Heather bilang, maaf ya Reny, saya tu bukan masalah uangnya. Saya mau SKnya, untuk naik pangkat. Kata Reny, kalau mau bikin SK ya saya bikinkan SK, tapi ga usah marah-marah gitu lah. Dia bilang, maaf ya, saya emosi.
Well then, rasanya dikau perlu terapi deh Heather. Karena biasanya nih ya, di mana-mana, sejak dulu sampai sekarang, orang kalau mau ngomong dipikir dulu, bukannya ngomong dulu baru mikir belakangan. Bukannya kamu sarjana sains lulusan salah satu universitas negeri bergengsi di Sulawesi? Rasanya otak lebih besar daripada mulut, harusnya otakmu lebih banyak difungsikan daripada mulut kamu!

Gambar "brain and mouth" dari http://www.swiveltime.com/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...