Tuesday, December 31, 2013

Kaleidoskop2013

Infotainment reramean bikin rekap atau kaleidoskop 2013. Isinya mulai dari Eyang S sampai VP sampai Bella-Adjie. Bukan Bella Saphira dan Adjie Massaid tapinya. (May he rest in peace). Nah, saya juga dunk, sebagai tanda kalau saya guru yang selain punya jurnal ngajar juga punya jurnal peristiwa.
Januari diawali dengan hmmm, ah tidak ada peristiwa besar. Oh tapi 50% guru di sekolah saya ultah di bulan ini. Beberapa bahkan memiliki tanggal yang sama. Februari, mulai tryout. Soal 20 paket, seperti biasa yang bikin soal adalah guru-guru. Honor? Yah cukuplah untuk makan bakso 3x. Tapi karena sudah bagian tupoksi, susah komplen. Maret, tryout lagi. Hasilnya seperti biasa, tidak pernah menggembirakan. April mulai badai. Ujian nasional aja udah momok, ditambah dengan karut marutnya pelaksanaan. Cerita lengkap bisa dilihat di sini. Males mengingat lagi.
Mei, mulai ribet nunggu pengumuman. Juni, kenaikan kelas dan ribet urusan SNMPTN. Oya beberapa siswa saya diterima dari jalur undangan di PTN bagus, tapi malah ribet cari PT swasta. Grrr masih geram kalau ingat. Juli, mulai sosialisasi Kurikulum 2013 (K-13). Libur semester pun dipakai untuk diklat. Saat penerimaan siswa baru, diwajibkan menggunakan sistem K-13. Karena mendadak dan kurang persiapan, akhirnya kekacauan masih mengimbas sampai hari ini. Meski demikian, Juli dan Agustus banyak hari tidak efektif, karena libur puasa dan Lebaran.
Memasuki pertengahan mid, September, perihal wajib tidaknya sekolah kami mengikuti K-13 masih bias. Kabarnya Kaltim tidak diperkenankan menjalankan kurikulum gres ini karena ketidaksiapan sekolah dan guru. Karena belum ada giliran diklat implementasi K-13. Tapi, atas instruksi kepala dinas, komitmen, semua SMA/MAN/SMK wajib menjalani. Baiklah, berbekal pengetahuan seadanya, dijalankanlah si K-13 ini. Di sekolah, sesuai dengan program Sekolah Imbas dan Pengimbas, kami diklat intern tentang kurikulum 2013. The third time for me.
Oktober, setelah midtest, ada perubahan lagi soal peminatan dan lintas minat. Kalau diceritakan di sini nggak cukup, bisa jadi satu cerpen.
November was a busy month. Saya pribadi mengikuti tiga diklat sepanjang bulan sampai awal Desember. Juga ada diklat wajib Implementasi Kurikulum 2013 langsung dari PusKur. Baiklah, yang ini banyak gunanya dan ilmunya. Desember, bulan penuh diklat lagi. Dua diklat, yang terakhir malah agak aneh. Anyway, pembagian raport untuk kelas X yang menganut sistem K-13 akhirnya ditunda sampai selesai liburan. Karena, belum siap itu lah.
Menjelang akhir 2013 saya membaca sebuah opini di Kompasiana yang kembali membuat galau. Bahwasanya peringkat Indonesia dalam uji Math, Sains, dan bahasa semakin merosot, namun siswa di Indonesia juara dalam hal bersenang-senang di sekolah, merasa bahagia, dan dalam bersahabat. Sementara K-13 ditekankan agar anak-anak senang bersekolah dan belajar. Padahal sebelumnya sudah juara senang kok, kenapa disenangkan lagi. Gimana kalau sesekali gurunya yang dibuat senang. Retorik.

Saturday, December 14, 2013

Tips dan Trik

Rubrik atau kolom atau artikel tips biasanya digemari karena isinya singkat (tak banyak yang harus dibaca), tapi informasi di dalamnya padat. Begitu juga dengan trik. Biasanya hubungannya ke rahasia sulap atau penyelesaian soal-soal yang susah (biasanya hitungan) dengan cara singkat. Nah, setelah diklat Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di hotel mewah tapi jauh di samping bandara itu, saya dijadwalkan mengikuti Diklat Tips dan Trik UN, untungnya nggak jauh. Masih di daerah Penajam dan sekitarnya (Pesek).
Dengar namanya, kebayang donk, menyelesaikan soal hitungan kimia di UN dengan mudah, cepat, dan singkat. Katakanlah, soal laju reaksi komplit yang biasanya diselesaikan dalam waktu 2 – 5 menit, bisa diselesaikan dalam waktu 1 – 3 menit saja. Tapi, yang namanya Disdik, pasti punya kejutan. Kejutan pertama, sewaktu acara pembukaan, dikenalkan 3 instruktur mafia (Math, Fisika, Kimia). Dari Johannes Surya Institute, sodara-sodara. Wah, alhamdulilah, ga harus jauh-jauh ke Jakarta. Gretong pula. Pikiran saya, pasti selain membahas soal UN, juga akan ada bonus trik penyelesaian soal Olimpiade Kimia. Tepuk tangan deh buat Disdik.
Kejutan kedua (mungkin memang nasib dan takdir kalau guru Pesek ga boleh seneng lama-lama), saat saya melihat jadwal kegiatan 4 hari itu, rasa senang saya pudar. Hari pertama: pemetaan kisi-kisi UN. Hari pertama, afternoon, langsung pembuatan soal Tryout UN. Sampai hari ketiga, full pembuatan soal tryout UN. Hari keempat lah itu peerteaching (which is ga ada juga karena dicepet-cepetin untuk penutupan). There is no necessary for 3rd surprise karena udah bisa ada kesimpulan bahwa: Diklat ini adalah modus Disdik untuk minta soal-soal tryout UN dari tim guru mafia, tanpa harus membayar “murah”. Karena biasanya udah dibayar murah. Jadi kali ini bisa free, alias vrij (bahasa Belanda) alias percuma (bahasa Malaysia). Tapi ga apa-apa, saya tetep legowo karena toh (katanya) mereka sudah memberikan tips dan trik. *wink.

Thursday, December 12, 2013

Miss Diklat

Setiap akhir tahun, beberapa kantor/dinas/badan pemerintahan sibuk menghabiskan anggaran demi pertanggungjawaban yang jelas. Kegiatan pasti menumpuk di akhir tahun ini.
Tak terkecuali di Dinas Pendidikan. Kegiatan yang paling gampang, tentu saja diklat bagi guru-guru. Apalagi ada "momentum" perubahan kurikulum dari KTSP ke 2013, jadilah banyak diklat dilakukan. Anggaran lumayan, sedikit buat guru, banyak buat orang Disdik. Let's say honornya kalau dibandingkan, 10-90 lah. Lumayan sih ketimbang 0-100 kan ya.
Anyway, sejak tengah November, saya sudah mulai diklat, beruntun sampai awal desember, 3x. Sebenarnya diklat tentang K13 sih sudah beruntun saat Juli kemarin. Saya sudah ikut 2x. Mungkin karena msih kurang pinter, jadi setelah itu saya ikut lagi, tp hanya di skolah, wajib untuk segenap warga sekolah. Jadi, 3x ya. Awal desember kemarin, saya ikut lagi. Tapi kalau sebelumnya hanya pembicara lokal (yg pertama dari Pusat Kurikulum, tp masih sosialisasi), nah yg terakhir alhamdulilah, dari PusKur lagi.
Yang terakhir malah luar biasa anehnya karena diklat dilaksanakan di hotel (this is good), tapi hotel samping bandara. Jauh aja deh. Kalau dari Penajam ke bandara seperti dr Jaksel ke Jakut lah. Padahal ini isinya orang Penajam semua. Jadwalnya 6 hari jadi 3 hari. Instruktur bingung karena menyiapkan materi u/ 6 hari. Guru-guru jg bingung, karena terlalu cepat dan bukannya paham, malah makin bingung kayaknya. Tapi semua harus disyukuri.
Anyway, diklat 3x berturut-turut sepanjang Nov-Des ini bikin saya jarang di sekolah. Dan mulai bikin eneg. Sekali lagi abis ini, bisa muntah beneran. Teman-teman juga menjuluki saya "Miss Diklat". Mudahan saya jadi lebih pintar, berwawasan, dan inovatif dibanding sebelumnya. That's the hope

Sunday, November 3, 2013

Ada Harga, Ada Rupa

Kebijakan "Pendidikan Gratis" di kabupaten tempat saya mengabdi ini (harusnya) membawa kebaikan bagi semua orang, khususnya bagi anak usia sekolah. Alhasil, banyaklah anak usia sekolah berdatangan dari luar kota maupun luar provinsi dan luar pulau untuk bersekolah di sini. Bagus memang,tapi kalau masih ada anak lokal yang justru malas bersekolah, malah diisi anak luar pulau, tepat sasaran nggak ya? Anyway yang jelas sih implikasinya membuat anak-anak dan orangtua terbiasa dengan sistem gratisan kalau menyangkut urusan sekolah. Awal masuk sekolah, misal kelas X (sepuluh) untuk SMA, mereka harus membayar uang seragam dan kelengkapannya. Pembayarannya tentu saja bisa dicicil. Biasanya yang disediakan sekolah hanya pakaian batik dan stelan olahraga. Juga ikat pinggang, topi, dasi, jilbab. Kalau beginian minta digratisin lagi mah gatau diri namanya. Buku tulis dan alat tulis juga tidak digratiskan tentu saja. Tapi guru dilarang menyuruh siswa membeli buku atau LKS. Kalau mau beli sendiri ya terserah. Pokoknya guru dilarang menjual buku atau LKS. Kemarin berlangsung pertemuan Kepsek, guru, dan orangtua/wali murid kelas XII atau kelas 3 yang dibarengi dengan pembagian raport mid semester, membahas bimbel menjelang UN dan perpisahan. Awalnya oleh Waka Kurikulum disampaikan kesepakatan dari sekolah sistem bimbel adalah siswa bebas memilih mapel apa saja yang ingin diikuti dan berapa jumlah pertemuan yang diperlukan. Untuk satu pertemuan dari pihak sekolah menyepakati Rp 7.500. Dengan perhitungan cukup untuk bensin seliter, paling tidak. Ketika ditanya ke orangtua/wali murid, tentang setuju atau tidak. Malah ada yang menawar Rp 5.000. Saya yang ada di situ langsung berpikir, mending orangtua/wali murid nggak mau bayar bimbel biar tak ada bimbel sekalian, nggak repot. Kepsek dam Waka Kurikulum yang agak terganggu malah melontarkan pernyataan, "Sekolah sudah gratis, yang tidak mampu diberikan beasiswa, masak bimbel tidak mau membayar." Jadi mikir kalimat jokes yang "Gratisan kok minta selamat." Jadi mikir, waktu seseorang pun sebenarnya tidak bisa dihitung gratis since there is quote "Time is Money". Lha ini waktu dan ilmu yang dikasih. Akhirnya tidak ada kesepakatan mereka sanggup membayar berapa dan muka beberapa yang hadir sudah merengut (termasuk muka saya pastinya). Setelah membahas bimbel yang diinginkan 5 ribu per pertemuan, mereka disodorkan gambaran rincian acara perpisaha. Sekali lagi, perpisahan itu ditawarkan. Jika tidak ada yang mau, ya tidak usah diadakan. Kalau sekolah yang disuruh membayarkan, anggarannya tidak ada. Sama seperti bimbel. Dengan rincian 750 ribu (bisa dicicil) untuk perpisahan dan yearbook, mereka juga terkesan berat. Soal perpisahan sih kami guru tak terlalu repot. Tapi soal bimbel yang ditawar lima ribu itu. Aduh. Ada harga ada rupa. Bandingkan dengan lembaga bimbel yang ratusan ribu sampai sejuta yang pasti pendekatannya beda dengan guru sendiri (tanpa mengecilkan arti para tentor bimbel). Nah ini minta lima ribu bahkan kalau bisa gratis. Padahal kewajiban guru memberikan layanan (pendidikan dan pengajaran) seprima mungkin. Rasanya kok nilai pendidikan jadi kecil sekali. Pasti karena terbiasa gratis.

Sunday, September 15, 2013

Lamaran dan Jujuran

Beberapa minggu lalu seorang ibu paruh baya datang ke sekolah. Orang tua murid kelas X. Meminta izin agar anaknya (yang sudah seminggu tak ada kabar) untuk ditambah izinnya. Alasannya, seminggu kemarin anaknya malu ke sekolah karena beredar gosip kalau anak itu akan dilamar, tapi tak kunjung jadi. Mungkin malu karena dianggap sesumbar. Waktu ditanya guru BK kenapa nggak sekolah aja sampai lulus, nanti aja nikahnya. Ibu itu malah bicara ngalor ngidul kalau sebenarnya anaknya masih ingin sekolah tapi pihak lelaki ingin segera menikah. Ya sudah, kata guru. kalau memang maunya begitu, silakan kawin lah. Minta perpanjang izin satu minggu untuk apa lagi? Nanti dulu, kata si ibu. Dalam seminggu ini kami memberi syarat jujuran (besarnya uang syarat melamar) 45 juta. Kalau laki-lakinya tak sanggup, kami batalkan lamaran, lalu dia sekolah lagi. Boleh ya, Bu, tanyanya kepada Waka Kurikulum (mewakili Kepsek saat itu) dan kepada guru BK. Malas menjawab karena memaksa, ya atau tidak mungkin akan sama saja, maka ibu itu pulang. Seminggu kemudian, ibu itu dan anaknya muncul pagi-pagi sekali di sekolah. Kebetulan saya yang ketemu. Saya yang waktu itu tidak mengerti akar masalahnya (dan ga ngeh juga maksud ibu itu pas bicara dengan saya), hanya memintanya menunggu guru BK. Ternyata pacar anak itu tidak menyanggupi si 45 juta ini. Jadilah si anak back to school. Si Emak nggak jadi dapat uang. Saya hanya sempat menerti satu kalimat dari ibu itu saat bicara pada saya, "Bapaknya dia marah-marah, kalau belum sanggup melamar, tidak usah melamar." Jadi nilai anak itu untuk dikasih ke cowoknya 45 juta. Pendidikan terakhir: SMP. Oya, sekolah kami menerimanya untuk tetap bersekolah. Karena yaaa, kebijakan pendidikan gratis, wajib belajar 12 tahun. Semua anak harus sekolah.

Saturday, August 31, 2013

Kurikulum 2013

Rasanya sudah lama sekali ribut-ribut riweuh soal Kurikulum 2013. Padahal kalau mengintip jurnal, ribut-ributnya baru berlangsung dua bulan lalu. Juli pas libur semester semua guru SMA (khususnya yang mengajar kelas X) wajib mengikuti workshop Implementasi Kurikulum 2013. Yang menjadi materi seputaran teknis pelaksanaan, yg tentunya sudah di-publish bersama Peraturan Menteri yang bisa dibaca-baca menjelang bobo malam.
Lalu apa, selain teknis pelaksanaan tentulah praktik. Perangkat mengajar dibuat sinkron dengan apa yang diharapkan dapat dilaksanakan dalam kurikulum yg sedang naik daun ini. Utamanya dalam mengajar, guru menggiring siswa untuk mencari tahu sendiri, merumuskan pertanyaan sendiri (at least sampai muncul pertanyaan), juga menyelesaikan masalah sendiri. Dijamin, jika trik ini berhasil, guru hanya duduk manis di kelas.
Gaungnya tentulah menjanjikan dan membawa angin segar bagi guru. Terlebih, penjurusan (science-math, social, humaniora).sudah sejak kelas X. Jelas angin segar. Saya pun berpikir tahun ini, dengan pelaksanaan kurikulum.model begini bisa membuat capek hati dan pikiran berkurang.
Seminggu masuk sekolah, wakasek bidang kurikulum di sekolah saya mulai bertapa. Membaca apa saja menyangkut K-2013 ini, bertanya pada siapa pun yang dianggap tahu, browsing pula.
Beberapa hari setlahnya, muncul di koran bahwa Kaltim dianggap belum mampu menyelenggarakan pendidikan berbasis K-2013 karena banyak guru yang belum siap. Alhasil di setiap kabupaten/kota ditetapkan sekolah piloting. Itulah yang akan menyelenggarakan K-2013 di sekolahnya yang nanti akan di-shared dengan sekolah lain.
Ah, kalau dianggap belum siap, lalu untuk apa training seminggu penuh (pada saat libur semester) yang wajib diikuti oleh guru itu? Sementara di PPU sendiri telah ada komitmen untuk pelaksanaan penuh si K-2013 ini. Bertentangan dengan perintah dari Kementrian pusat.

Published with Blogger-droid v2.0.10

Tuesday, April 23, 2013

UN yang Tertunda

Jumat tanggal 12 April saya mulai gugu (gundah gulana). Bagaimana tidak, Senin tanggal 15 April mulai UN. Mengawas UN akan sangat membosankan tentu. Belum lagi sekolah tempat saya mengawas jauuuuhhh. Tahun ini, tidak seperti tahun sebelumnya, UN dimulai jam 7.30. Dulu-dulu jam 8. Sesuai POS, pengawas wajib hadir 45 menit sebelum UN dimulai. Well berarti dengan segala.perhitungan, saya berangkat dari rumah jam 6.20. Di Kaltim jam segitu masih gelap.

Sabtu saya tetap datang ke sekolah mesti tidak ada tujuan. Karena mengawas, saya jelas bukan panitia UN di sekolah. Saya lihat panitia kalang kabut menyiapkam segala rupa printilan untuk kelancaran ujian. Kepsek memberitahu bahwa soal belum tiba di Polres. Besok katanya (Minggu).

Sabtu malam ada SMS dari Wakasek bid. Kurikulum. SMS yang tak kalah konyolnya dengan SMS pemberitahuan kalau saya menang undian yg tak pernah saya ikuti. SMS terusan dari Kepsek. Isinya: "Pak . . . ini berita terheboh untuk nasional: 'Aslkm Yth seluruh dekan dan pengawas lapangan, ini sms dari Panitia Pusat Jkt : Ujian Nasional SMA digeser menjadi Rabu s/d Sabtu dengan catatan: Mapel Senin pindah ke Jumat dan Mapel Selasa pindah ke Sabtu, sedang Mapel Rabu dan Kamis tetap. Ini penyampaian resmi dari Ka. Balitbang atas persetujuan Mendikbud. ...' "

SMS malam minggu. Menjelang jam istirahat malam. Saya bilang : ah, hoax! Sampai akhirnya sms minggu pagi tanggal 14. Katanya sudah dipastikan UN diundur hari rabu, kamis, jumat, senin. Sabtu kosong. Yang bingung lagi, Senin Selasa ngapain? Siswa kelas X dan XI sdh dikabari libur. Singkatnya, Senin subuh jam 4 beredar SMS bahwa  guru diminta hadir di sekolah untuk berbincang dan berkoordinasi. Dari situ diputuskan wali kelas X dan XI diminta untuk mengabari siswa bahwa Selasa tetap hadir seperti biasa.

Senin itu ada kabar lagi kalau ada ralat dari Kemendiknas, UN dimulai Kamis. Jadi jadwalnya Kamis, Jumat, Senin, Selasa. Heran, kenapa tidak Senin-Kamis saja sekalian. Akhirnya tibalah hari Rabu (17/4). Soal masih belum ada. Sementara daerah lain kabarnya soalnya nyasar semua. Silaf mata kok parah.

Di TV ada news ticker: Mendiknas memastikan UN di Kaltim.diselenggarakan Kamis (18/4). Karena yg doi tahu soal sdh diberangkatkan ke Kaltim. Padahal sampai tengah malam soal belum sampai juga. Belum lagi didistribusikan ke kecamatan. Alhasil kami disuruh menunggu kabar kepastiannya sampai jam 00.00. Berasa new year's eve. Dan ditunda lagi ke Senin (22/4). Libur lagi!!!! Tapi Kamis kami tetap ke sekolah. Menghabiskan snack yang sudah terlanjur dipesan. Setelah pulang sekolah, ada kabar kalau UN dimajukan ke Jumat (19/4) dengan mapel Matematika. Habis lagi pulsa buat telpon/SMS. Untuk menceritakan penundaan UN saja sampai begini panjang. Kesimpulannya, berkali-kali ubah jadwal. Padahal kalau janji mau ulangan harian lantas diundur karena lupa bikin soal atau ulangan mendadak, pasti guru dimarahi siswa. Lha ini ujian nasional.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Monday, April 22, 2013

Pra-UN 2013

Sebelum pelaksanaan Ujian nasional (UN), ada pelaksanaan try out. Tentang dari mana soal berasal tampaknya menjadi kebijakan pemerintah daerah masing-masing. Tahun 2013 (sperti tahun-tahun sebelumnya), yang membuat soal adalah guru-guru setiap mata pelajaran. Di kabupaten ada forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Nah, kepala dinas pendidikan jauh-jauh hari biasanya mengumpulkan para ketua MGMP untuk diarahkan agar membuat soal try out.

Tahun ini karena digadang-gadang akan bersistem 20 paket soal (seruangan ada 20 siswa--artinya tiap siswa tidak akan mendapat soal yg sama), maka guru di MGMP diminta membuat 20 paket soal. Anggota MGMP Kimia tidak sampai 20 orang. Artinya beberapa guru kebagian membuat 2 paket soal.

Saya termasuk yang membuat 2 paket soal. Artinya total 80 soal. Harus sesuai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang termaktub dlm lampiran Permendiknas tentang UN 2013. Itu baru tryout 1. Belum lagi tryout 2.

Alhasil, tryout 1 karena hasil yg dikoreksi oleh tim panitia dari Disdik Kab. tidak jelas, apakah sudah dikoreksi tapi belum dikirim via email, atau sudah dikirim via email tp saya kebingungan mencari (karena yg terlihat hanya sebagian sekolah. Tidak ada nama siswa saya di situ), akhirnya saya memeriksa secara manual, karena siswa mengisi 2 lembar jawaban (LJK dan lembar manual silang). Dan hasilnya, alhamdulilah ya sesuatu. (tidak usah disebutkan nilainya).

Tryout kedua, guru kembali membuat soal. Saya kebagian membuat 2 paket soal lagi plus mengedit 2 paket soal buatan teman yang karut marut. Kali ini Disdik meminta MGMP yang membuat kunci jawaban di LJK. Ada 20 LJK yang harus dibulat-bulati sebagai master kunci.

Tahu tidak berapa bayaran guru-guru untuk membuat soal bejibun itu? Well, tahun lalu, honor yang dikasih ke MGMP adalah, saking kecilnya sampai kami sepakat untuk tidak dibagi. Bendahara bingung mau memberi honor kurang dari seratus ribu rupiah ke tiap anggota MGMP. Akhirnya disepakati untuk dimasukkan ke kas MGMP.

Padahal, kalau diintip anggaran pembuatan soal di disdik itu. Hmmm, yah begitulah. Yah, mau gimana lagi. Oya, walaupun guru yang membuat soal, tapi kami jamin tidak ada satu guru pun yg memberikan soal itu kepada siswanya. Jadi, membaca blog seorang guru "muda" yang menceritakan kecurangan UN di sekolah yg diawasnya.plus membaca replies nya yang sangat banyak, yang skeptis, saya marah. Apalagi ada yang sok tahu menggeneralisasi bahwa pelaksanaan UN 100% di Indonesia curang. Wah, I'm so mad sampai enggan menaruh link blog itu di sini. Nanti semakin ngetop blognya. Emoh!


Published with Blogger-droid v2.0.4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...